Perkembangan dan Pengaruh Bangsa Barat di Indonesia
Artikel: Perkembangan dan Pengaruh Bangsa Barat di Indonesia
Bangsa Portugis
Sejak berhasil menguasai Malaka (1511), Portugis berupaya memperluas pengaruhnya, sehingga pada tahun 1512 Portugis telah berhasil menjangkau Maluku dan menjalin kerjasama dengan kerajaan Ternate (meskipun sebenarnya sejak tahun 1494 Portugis dan Spanyol telah terikat dengan 'Perjanjian Tordesillas').
Kedatangan Portugis di Maluku tersebut ternyata menimbulkan perseteruan dengan Spanyol karena Spanyol telah menjalin hubungan dengan Tidore. Untuk itu maka kembali diadakan 'Perjanjian Saragosa' (1528).
Berdasarkan perjanjian tersebut Portugis tetap mendapatkan Maluku, sedangkan Spanyol mendapatkan Filipina. Sejak saat itu Portugis dapat lebih leluasa untuk melakukan monopoli rempah-rempah dan menguasai wilayah Maluku.
Selain di maluku (Ternate), Portugis juga berupaya melakukan monopoli perdagangan di wilayah lain, seperti Samudera Pasai, Minangkabau, dan Pakuan (Pajajaran)
Bangsa Inggris
Inggris yang memiliki persekutuan dagang East Indian Company (EIC sejak akhir abad ke-16 telah mengadakan hubungan dagang dengan beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Jayakarta, Banjar, Gowa, dan Maluku. Namun demikian Inggris gagal menanamkan kekuasannya di Indonesia karena EIC tidak mampu bersaing dengan armada dagang milik Belanda dan cara yang ditempuh Inggris kurang disukai oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
Bangsa Belanda
Sejak keberhasilan Cornellis de Houtman mencapai Banten pada tahun 1596, Belanda terus menerus mengirimkan armada dagangnya ke Indonesia. Dan untuk mengatasi persaingan dengan bangsa lain, pemeintah Belanda mendirikan persekutuan dagang yang disebut 'Vereenigde Oost Indische Compagnie' (VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Sebagai bekal dalam memenangkan persaingannya, VOC diberi hak-hak istimewa (octrol), yaitu:
- hak monopoli perdagangan
- hak memiliki (membentuk) tentara
- hak mencetak mata uang sendiri
- hak mengadakan perjanjian dengan penguasa (Raja)
adapun tujuan didirikannya VOC antara lain:
- untuk menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda
- menyatukan kekuatan untuk menghadapi saingan dari bangsa lain
- mencari keuntungan yang besar
Strategi VOC dalam mengendalikan monopoli perdagangan:
a. mengeluarkan hak ekstirpasi: hak untuk membinasakan pohon rempah-rempah yang berlebihan
agar harganya stabil
b. mengadakan pelayaran hongi: pelayaran bersenjata lengkap untuk mengawasi penyimpangan dan
mencegah terjadinya 'perdagangan gelap'
Untuk mencapai tujuannya tersebut VOC berupaya merebut Maluku dari kekuasaan Portugis (berhasil tahun 1605), kemudian merencanakan untuk memindahkan pusat kedudukan VOC dari Ambon ke Jayakarta, dengan alasan:
- Jayakarta lebih strategis (terletak di tengah jalur perdagangan Asia)
- Jayakarta lebih dekat untuk menyingkirkan Portugis dari Malaka
Selain menanamkan dan memperluas pengaruhnya di bidang ekonomi, kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia juga berupaya menanamkan dan memperluas pengaruhnya dalam bidang politik. Hal itu tampak ketika mereka berupaya turut mencampuri urusan pemerintahan di berbagai kerajaan yang ada pada saat itu.
Reaksi Bangsa Indonesia
Terhadap Portugis:
a. Perlawanan rakyat Ternate, dipimpin oleh Dajalo, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah
b. Perlawanan rakyat Aceh (sejak dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah-Iskandar Muda)
Terhadap Belanda
a. Perlawanan rakyat Mataram (pada masa Sultan Agung): dua kali gagal karena lumbung
persediaan makan dibakar dan adanya wabah penyakit
b. Perlawanan rakyat Banten (pada masa Sultan Ageng Tirtayasa): gagal karena adanya
penghianatan putranya yang bernama Abdul Kahar (Sultan Haji)
c. Perlawanan rakyat Makasar (pada masa Sultan Hasanuddin): diakhiri dengan 'Perjanjian Bongaya'
setelah VOC mengadu domba Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone
Artikel: Perkembangan dan Pengaruh Bangsa Barat di Indonesia
Bangsa Portugis
Sejak berhasil menguasai Malaka (1511), Portugis berupaya memperluas pengaruhnya, sehingga pada tahun 1512 Portugis telah berhasil menjangkau Maluku dan menjalin kerjasama dengan kerajaan Ternate (meskipun sebenarnya sejak tahun 1494 Portugis dan Spanyol telah terikat dengan 'Perjanjian Tordesillas').
Kedatangan Portugis di Maluku tersebut ternyata menimbulkan perseteruan dengan Spanyol karena Spanyol telah menjalin hubungan dengan Tidore. Untuk itu maka kembali diadakan 'Perjanjian Saragosa' (1528).
Berdasarkan perjanjian tersebut Portugis tetap mendapatkan Maluku, sedangkan Spanyol mendapatkan Filipina. Sejak saat itu Portugis dapat lebih leluasa untuk melakukan monopoli rempah-rempah dan menguasai wilayah Maluku.
Selain di maluku (Ternate), Portugis juga berupaya melakukan monopoli perdagangan di wilayah lain, seperti Samudera Pasai, Minangkabau, dan Pakuan (Pajajaran)
Bangsa Inggris
Inggris yang memiliki persekutuan dagang East Indian Company (EIC sejak akhir abad ke-16 telah mengadakan hubungan dagang dengan beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Jayakarta, Banjar, Gowa, dan Maluku. Namun demikian Inggris gagal menanamkan kekuasannya di Indonesia karena EIC tidak mampu bersaing dengan armada dagang milik Belanda dan cara yang ditempuh Inggris kurang disukai oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
Bangsa Belanda
Sejak keberhasilan Cornellis de Houtman mencapai Banten pada tahun 1596, Belanda terus menerus mengirimkan armada dagangnya ke Indonesia. Dan untuk mengatasi persaingan dengan bangsa lain, pemeintah Belanda mendirikan persekutuan dagang yang disebut 'Vereenigde Oost Indische Compagnie' (VOC) pada tanggal 20 Maret 1602. Sebagai bekal dalam memenangkan persaingannya, VOC diberi hak-hak istimewa (octrol), yaitu:
- hak monopoli perdagangan
- hak memiliki (membentuk) tentara
- hak mencetak mata uang sendiri
- hak mengadakan perjanjian dengan penguasa (Raja)
adapun tujuan didirikannya VOC antara lain:
- untuk menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda
- menyatukan kekuatan untuk menghadapi saingan dari bangsa lain
- mencari keuntungan yang besar
Strategi VOC dalam mengendalikan monopoli perdagangan:
a. mengeluarkan hak ekstirpasi: hak untuk membinasakan pohon rempah-rempah yang berlebihan
agar harganya stabil
b. mengadakan pelayaran hongi: pelayaran bersenjata lengkap untuk mengawasi penyimpangan dan
mencegah terjadinya 'perdagangan gelap'
Untuk mencapai tujuannya tersebut VOC berupaya merebut Maluku dari kekuasaan Portugis (berhasil tahun 1605), kemudian merencanakan untuk memindahkan pusat kedudukan VOC dari Ambon ke Jayakarta, dengan alasan:
- Jayakarta lebih strategis (terletak di tengah jalur perdagangan Asia)
- Jayakarta lebih dekat untuk menyingkirkan Portugis dari Malaka
Selain menanamkan dan memperluas pengaruhnya di bidang ekonomi, kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Indonesia juga berupaya menanamkan dan memperluas pengaruhnya dalam bidang politik. Hal itu tampak ketika mereka berupaya turut mencampuri urusan pemerintahan di berbagai kerajaan yang ada pada saat itu.
Reaksi Bangsa Indonesia
Terhadap Portugis:
a. Perlawanan rakyat Ternate, dipimpin oleh Dajalo, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah
b. Perlawanan rakyat Aceh (sejak dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah-Iskandar Muda)
Terhadap Belanda
a. Perlawanan rakyat Mataram (pada masa Sultan Agung): dua kali gagal karena lumbung
persediaan makan dibakar dan adanya wabah penyakit
b. Perlawanan rakyat Banten (pada masa Sultan Ageng Tirtayasa): gagal karena adanya
penghianatan putranya yang bernama Abdul Kahar (Sultan Haji)
c. Perlawanan rakyat Makasar (pada masa Sultan Hasanuddin): diakhiri dengan 'Perjanjian Bongaya'
setelah VOC mengadu domba Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone
Artikel: Perkembangan dan Pengaruh Bangsa Barat di Indonesia
Comments
Post a Comment